Besarnya Simbiosis Mutualisme Antara Idol K-Pop, BTS, Penggemarnya, dan Dunia

Apsari N. E. Ramadhanty
5 min readAug 8, 2022

--

*) This article originally submitted and posted on Opini.id (April 2021) but the website is now currently unavailable.

Korean popular music atau K-Pop bukanlah genre musik kemarin sore. K-Pop modern mulai berkembang pesat sejak lama berkat debut grup K-Pop Seo Taiji and Boys pada tahun 1992. Pencapaian itu seolah membuka lebar jalan bagi industri musik Korea Selatan untuk bersaing di kancah internasional.

Kini, industri K-Pop telah berhasil dan masih terus mengepakkan sayapnya di dunia internasional. Fenomena ini tentu tidak lepas dari dukungan para pendengar dan penggemarnya. Namun dengan pencapaian tersebut, masih ada orang-orang yang beranggapan buruk, baik terhadap penggemar K-Pop, musisinya, bahkan karya-karyanya.

Karya utama para musisi adalah musik yang mereka produksi baik instrumen, nada, vokal, ataupun liriknya. Karya-karya inilah yang menjadi hiburan bagi pendengarnya. Salah satu contohnya adalah lagu sekaligus musik video “Gangnam Style” oleh PSY yang pernah menjadi salah satu lagu paling populer pada tahun 2012. Tak hanya sebagai hiburan, musik dalam dunia psikologi digunakan sebagai alat terapi. Jenis musik yang digunakan sangat beragam, tak hanya spesifik satu atau dua jenis saja. Karya-karya dari idol K-Pop juga tak jarang dimanfaatkan sebagai sarana terapi “healing” atau penyembuhan mental dan sumber motivasi bagi kebanyakan penggemarnya.

Mungkin masih ada beberapa orang yang beranggapan bahwa membeli banyak album idol K-Pop merupakan hal yang berlebihan bahkan negatif. Ya padahal memang begitu cara penggemar dan pendengar mengapresiasi pun menghargai karya-karya idolanya. Hal tersebut sah-sah saja dilakukan selagi memang tidak merugikan kedua pihak.

Eksistensi K-Pop membuka peluang bisnis

Tak hanya karya mereka yang ‘menguntungkan’ banyak pihak. Jika ditilik dari aspek ekonomi, eksistensi dan kesuksesan idol K-Pop di kancah dunia juga membuka peluang bisnis dan mendatangkan laba bagi banyak orang. Fenomena ini lagi-lagi tidak lepas dari peran penggemarnya yang dalam dunia bisnis merupakan konsumen.

Tersebar banyak cerita di TikTok dari penggemar grup idol K-Pop Bangtan Sonyeondan (BTS) tentang bagaimana mereka memulai usaha yang berkaitan dengan idola mereka tersebut hingga akhirnya sukses. Ada yang berbisnis dengan mengimpor album musik BTS dan merchandise­-nya hingga menjual beragam barang yang memang berkaitan dengan grup pop Korea tersebut. Sejatinya saat ini idol K-Pop yang menjadi perhatian tak hanya BTS. Ada pula Blackpink, NCT, Enhypen, Seventeen, IU, DPR, EXO, Lee Hi dan masih banyak lagi lainnya yang turut membuka peluang bisnis penggemarnya.

Erika Overton, salah satu administrator organisasi kemanusiaan milik fandom BTS — ARMY — yang bernama One In An Army, melalui Reuters menegaskan, “Ini (ARMY) bukan hanya grup penggemar untuk menikmati musik — ini adalah kekuatan ekonomi, dan sesuatu yang tidak dapat Anda abaikan sebagai sesuatu yang sepele.”

BTS with their producer Bang Si-hyuk (now also the chairman of HYBE) for TIME Magazine April 2022 (Source: TIME)

Kekuatan besar fandom BTS: ARMY

BTS World Domination’ menjadi kalimat yang saya rasa cukup tepat untuk mendeskripsikan betapa besar pengaruh dan kekuatan idol grup K-Pop tersebut. Sungguh banyak hal positif yang hadir di hampir seluruh belahan dunia beriringan dengan eksistensi mereka. Namun tak hanya eksistensi BTS dan karyanya yang memberikan pengaruh besar kepada dunia, kekuatan fandom penggemarnya, ARMY (Adorable Representative MC for Youth), justru jauh lebih besar. ARMY yang tersebar di banyak negara dunia dapat dengan cerdas menggunakan kekuatan besar itu untuk melakukan hal-hal bermanfaat bagi sekitar.

Kebrutalan polisi Amerika Serikat yang menyebabkan kematian George Floyd sekitar satu tahun lalu, 25 Mei 2020, membuat banyak kalangan dan artis bergerak untuk menegakkan keadilan. Tak hanya keadilan bagi George Floyd tetapi bagi orang berkulit hitam lainnya. Kepada organisasi keadilan rasial Black Lives Matter, ARMY menyalurkan donasi sebanyak satu juta dolar. Dana sebanyak itu berhasil dihimpun fandom ini hanya dalam kurun waktu 25 jam saja melalui kampanye online di bawah tagar #MatchAMillion.

Alam dan lingkungan sekitar juga ikut terbantu berkat beberapa proyek amal yang digagas oleh ARMY di Indonesia yakni ARMY Indonesia for Humanity. Fandom tersebut baru-baru ini membuka donasi untuk melakukan penghijauan kembali di Kalimantan. Beberapa waktu lalu ketika banjir melanda Kalimantan Selatan dan gempa bumi di Sulawesi Barat, ARMY Indonesia juga berhasil menghimpun dana sebanyak 500 juta rupiah hanya dalam kurun waktu tiga hari untuk membantu para korban yang terdampak.

Terlebih lagi, proyek seperti itu tak hanya digagas oleh ARMY Indonesia, ARMY di seluruh belahan dunia juga melakukan hal serupa. One In An ARMY (OIAA), organisasi kemanusiaan ARMY dunia yang digagas pertama kali oleh seorang pelajar asal Brasil telah banyak mengadakan proyek amal dan donasi harian untuk membantu masyarakat yang mengalami musibah. “Kegiatan amal telah menjadi bagian dari budaya fandom ini,” ungkap Louise, salah satu bagian dari OIAA kepada The Forty-Five.

Tak hanya kegiatan eksternal yang dilakukan, kegiatan internal pun menjadi fokus pemanfaatan kekuatan besar yang mereka miliki. Sebagai contoh nyata, terdapat sebuah organisasi relawan dari ARMY untuk ARMY yang bernama Army Help Center. Organisasi ini memfokuskan diri untuk mendengarkan mereka yang membutuhkan dan menjadi penyuluh kesehatan mental secara umum. Organisasi ini sudah terdapat di 15 negara termasuk Indonesia yakni Army Help Center Indonesia.

Kuasai bahasa, kuasai dunia

Ada pepatah mengatakan bahwa menguasai bahasa adalah kunci menguasai dunia. Dengan mempelajari selain bahasa ibu, kita sangat dimungkinkan untuk melihat dunia dengan persepektif yang lebih meluas secara holistik. Ya seperti itulah pentingnya mempelajari bahasa asing. Selain aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, dunia K-Pop pun tak jarang memotivasi penggemarnya untuk mempelajari bahasa Korea secara otodidak. Baik itu melalui variety show maupun lagu-lagu yang idola mereka produksi. Salah satunya Latifa Dinnar yang berhasil secara otodidak mempelajari bahasa Korea dengan menonton variety show dan akhirnya berhasil lolos di acara KBS Korean Contest 2020.

Hal-hal di atas telah menjelaskan bahwa idol K-Pop, BTS salah satunya, banyak membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Ini hanya sebagian kecil simbiosis mutualisme yang terjadi di antara idol grup K-Pop BTS dan masyarakat dunia. Apa kabarnya jika kita mencoba untuk menilik lebih dalam idol K-Pop lain yang mungkin juga memiliki kekuatan besar untuk melakukan kebaikan pada dunia?

Untuk menutup tulisan ini, saya mengutip beberapa kalimat dalam buku “Understand K-pop: Deconstructing the Obsession and Toxicity in K-pop Stan Culture” oleh Arushi Raj: “Saya berpikir bahwa di luar penghargaan yang dangkal, pada intinya, penggemar melakukan streaming dan membeli album serta merchandise karena mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mengakui kerja keras para artis dan staf mereka. Jumlah streaming, penjualan album, dan penghargaan adalah bukti nyata bahwa musik para idola itu bagus. Bahwa mereka populer, bahwa mereka lebih baik.”

--

--

Apsari N. E. Ramadhanty

A proud BTS ARMY⁷. Sharing my opinion. Other than that I eat and do journaling >>> @dhanteats @jurnal.dhanty